ALGORITMA, SEBUAH POLARISASI PADA MEDIA SOSIAL YANG BERBAHAYA Saat ini, sosial media seakan-akan telah menjadi candu bagi seluruh pengguna internet baik di dalam negri maupun di seluruh dunia. Bahkan salah satu media sosial seperti Youtube telah menjadi media hiburan primer bagi kebanyakan masyarakat Indonesia menggantikan media TV.
Youtube yang dulunya hanya sebagai media berbagi video sekarang menjelma menjadi tontonan primer serta ladang bisnis yang menjanjikan baik itu bagi Pihak Youtube sendiri, perusahaan, serta konten kreator. Dengan penerapan kebijakan monetisasi yang dilakukan oleh Youtube di pertengahan dekade 2010-an hingga kini menjadikan Youtube sebagai media yang bisa menyamai atau bahkan melebihi media mainstream seperti TV dan Radio.

Tak heran, dengan kebijakan monetisasi ini banyak orang yang berlomba-lomba untuk menjadi konten kreator agar bisa mendapatkan monetisasi serta uang dari sini. Bahkan sekarang semenjak pandemi Covid-19 banyak artis Televisi yang mulai masuk ke Youtube karena sepinya job syuting dari Televisi akibat pembatasan sosial.
Dari segi kualitas konten memang media Youtube semakin hari semakin kurang bermutu karena yang diandalkan sekarang lebih ke kuantitas demi berjalannya bisnis yang ada pada Youtube. Akhirnya dengan semakin masifnya aktivitas bisnis ini, Youtube pun mulai menerapkan sistem Algoritma untuk mempermudah jalannya bisnis tersebut.
Sebelumnya, tulisan ini mungkin hanya penjabaran dari beberapa video yang kutemukan di Youtube yakni dari channel SkinnyIndonesian24 serta channel Ferry Irwandi. Namun saya rasa pesan yang ada dalam video tersebut memang sangat relevan dengan kondisi saat ini dimana video tersebut berisi tentang kritisasi mereka terhadap lingkaran setan yang ada pada Youtube itu sendiri.
ALGORITMA
Dalam matematika dan ilmu komputer, algoritma adalah prosedur langkah demi langkah untuk penghitungan. Algoritma digunakan untuk penghitungan, pemrosesan data, dan penalaran otomatis. Dalam media sosial sendiri algoritma digunakan sebagai pencatatan, pengelompokan, perekaman, serta penyesuaian aktivitas pengguna media sosial secara otomatis melalui sistem yang telah diatur sedemikian rupa. Algoritma pada media sosial dapat menghasilkan sebuah data pengguna yang otomatis terekam dari aktivitas serta rekam jejak digital yang dilakukan pengguna di media sosial tersebut.
Data yang didapat nantinya akan disimpan oleh pihak Youtube. Data yang didapat dari sistem algoritma nantinya akan digunakan untuk menata serta menyesuaikan konten yang telah ditonton oleh pengguna dengan rekomendasi konten serupa yang mungkin disukai oleh pengguna tersebut. Semakin pengguna menikmati konten yang ia sukai makan semakin lama ia menikmati layanan Youtube itu.
PENGGUNA SEBAGAI PRODUK
Data yang didapat dari algoritma ini juga digunakan bagi pengiklan untuk melakukan targeting serta segmenting audien yang nantinya si pengiklan akan melihat jenis konten apa yang berpotensi menarik target promosi dan peningkatan pembelian dari iklan yang ditaruh. Sistem Youtube juga memperhatikan watchtime sebagai sumber keuntungan, dimana dengan watchtime yang banyak makan iklan pun akan semakin banyak yang masuk, karena watchtime yang banyak berarti banyak orang yang melihat iklan tersebut. Bagaimana kita bisa menjadi produk dari sebuah media? Secara tidak langsung pihak media Youtube "menjual" watchtime pengguna kepada pengiklan, karena si pengiklan sangat menginginkan watchtime pengguna agar iklan yang ditaruh dapat efektif yang nantinya akan meningkatkan penjualan dari produk si pengiklan.
PEMANFAATAN DATA PENGGUNA
Selain digunakan untuk iklan, data pengguna yang didapat dari algoritma dapat dimanfaatkan untuk hal lain seperti untuk mengontrol opini publik serta mengontrol selera dan kesukaan pengguna. Sistem algoritma yang menyodorkan konten sesuai kesukaan si pengguna membuat si pengguna hanya berkutat pada apa yang ia sukai dan ia percayai yang nantinya secara masif algoritma terus memberikan konten yang disukai hingga pengguna tersebut menjadi sangat suka hingga fanatik terhadap sesuatu.
Contohnya saja ketika salah satu pengguna mengakses video informasi tentang salah satu capres atau pemimpin, taruh saja ada 2 kandidat calon pemimpin yang baru. Nah dari awalnya sekedar cari tau algoritma akan terus menyodorkan konten tentang pemilihan pada pengguna tersebut hingga si pengguna mencari info tentang salah satu kandidat.
Secara otomatis algoritma akan terus menyodorkan konten tentang salah satu kandidat yang dicari oleh si pengguna hingga pengguna tersebut menjadi fanatik pada kandidat tersebut. Selain dari contoh tadi, yang lebih berbahaya dari sistem polarisasi algoritma ini adalah dapat menciptakan sekat pemisah di tengah masyarakat dari isu yang sedang merebak. Contohnya konspirasi yang akan semakin menguat karena algoritma.
Orang yang percaya konspirasi akan merasa tercerahkan dan merasa paling benar karena adanya penguatan dari sistem algoritma yang ia akses, dan orang yang tidak percaya pun akan semakin merasa yakin dan benar karena terus disodorkan data-data video dari sistem algoritma ini sehingga dapat memecah belah kubu dan yang lebih parahnya lagi persaudaraan akibat perbedaan pemahaman dari konten yang mereka akses.
Sistem algoritma sebenarnya tidak jahat bahkan mempermudah pekerjaan manusia, hanya saja algoritma tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Jadi buat teman-teman tetap gunakan media sosial sebagai wadah pembelajaran. jangan gunakan media sosial menjadi wadah yang tidak benar. terima Kasih
Sumber : Ensklopedia Bebas
0 komentar